Tuesday, November 1, 2011

AGAMA DAN AKHLAK

Untuk menjadi sesuatu yang baik dan bermanfaat itu memang susahnya minta ampun. Berbagai faktor menjadi elemen pembangun agar semata-mata kebaikan dan kemanfaatannya benar-benar sempurna, mesti pintar-lah, yang rajin-lah, yang kreatif-lah, yang hemat-lah, yang dermawan-lah, yang bersahaja-lah, dan lain2. Adapun beragama dan berahlak adalah faktor mutlak yang harus dimiliki oleh sesorang. Seperti sebuah bangunan yang membutuhkan semen, bata, pasir, kayu, kapur, dan-lain2. Pastinya sebuah bangunan harus memiliki pondasi dan tiang menjulang untuk wahana berdirinya. Agama dan akhlak merupakan ibarat pondasi dan tiang penyangga sebuah bangunan. Agama adalah ibarat sebuah pondasi dasar sebuah bangunan. Pondasi yang kuat akan mampu menahan mobilitas yang terjadi baik di dalam sekitar bangunan atau yang datang dari luar sebuah bangunan. Jika pondasi kuat terjadi gempa-pun bangunan tak akan bergeming. Akhlak adalah ibarat tiang yang menjulang yang menyangga sebuah bangunan. Bagaimanapun model dan tipe bangunan akan berdiri kokoh jika tiang penyangganya kuat dan kokoh. Sebuah tenda yang hanya memiliki satu tiangpun akan dapat digunakan untuk tempat bernaung dengan baik asal tiang tersebut berdiri dengan kokoh. Agama mengajarkan akhlak. Seperti halnya pondasi yang menunjukkan dan menyiapkan letak-letak tiang penyangga. Melalui agama sesuatu yang baik dan sesuatu yang buruk diketahui. Melalui agama pula manfaat sesatu yang baik dan mudlorot sesuatu yang buruk diketahui. Maka dari itu, agama selalu memerintahkan untuk berakhlak. Berakhlak tentunya melakukan sesuatu yang baik karena sangat bermanfaat dan bukan melakukan sesuatu yang mudlorot yang tidak bermanfaat dan banyak merugikan diri. Tidak ada satupun agama yang benar yang mengajarkan sesuatu yang buruk dan banyak bernilai mudlorot. Dalam kitab Nashoikhul ‘Ibad disebutkan bahwa jika disebut manusia maka dia harus berakal. Sesuatu yang berakal pasti akan melakukan sesuatu yang baik sesuai dengan agama dan akhlak. Tidak mungkin sesuatu yang berakal akan melakukan sesuatu yang buruk, semisal minum miras dkk, dll. Karena mengkonsumsi miras dkk jelas-jelas merugikan diri. Jika kita memang sadar dengan akal kita untuk apa melakukan sesuatu hal yang justru akan menyakiti diri sendiri, sakit tidak hari ini mungkin besok. Sebaliknya jika tidak berakal maka gelar yang patut adalah manusia hewan. Hewan bisa berlaku apa saja tanpa dosa. Gonta ganti pasangan dengan seenaknya tanpa ada rasa bersalah. Akal adalah tirai besi yang membatasi antara manusia dan hewan, akal yang membedakan antara hewan dan manusia, dan akal-lah yang mengacu manusia berlaku dengan aturan. Aturan didasarkan pada agama dan akhlak. Kalo kita memang mengaku manusia seutuhnya maka sepatutnya kita beragama dan berakhlak. Dua perwujudan dalam melakoni agama dan akhlak, yaitu malaikat dan setan. Jika beragama dan berakhlak yang baik maka dominasi wujud kita adalah malaikat. Dan sebaliknya jika dominasi wujud kita adalah atheis dan a moral maka perwujudan kita adalah setan. Agama dan akhlak adalah dua momentum yang saling terkait. Agama merupakan wahana yang digunakan untuk selalu mendekatkan diri kepada Sang Kholiq dan akhlak menjadikan manusia akan mudah untuk ber-interaksi dengan lingkungan sosial. Seorang Lenin pencetus komunisme, Hitler dengan Nazi-nya, Musollini dengan fasisme-nya, dan lain-lain adalah orang-orang yang mempunyai intelektualitas tinggi. Mereka dikatakan keji dengan menanamkan paham mereka dengan paksaan. Tak segan-segan menghabisi nyawa orang lain tanpa ada rasa bersalah. Mereka berjalan pada poros yang salah karena Mereka tidak mengakui adanya Tuhan. Lain lagi dengan Mu’tazilah yang dicetuskan oleh Muawwiyah, Martin Luther yang berseberangan dengan Roma. Mereka mempunyai integritas tinggi dalam agama akan tetapi minim akhlak. Sehingga menjadikan mereka mempunyai anggapan bahwa orang lain selalu salah. Berinteraksi adalah sama halnya membuat dosa baru. Pemikiran yang dangkal dari akhlak. Untuk itu, agama dan akhlak haruslah berjalan selaras, habluminalloh wahabluminannas, agar hidup kita tentram dihadapan masyarakat dan terlebih dihadapan Allah SWT. Alaa bidzikrillahi Tathmainnul Qulub…

Sumber: http://opexart.blog.friendster.com/2008/10/agama-dan-akhlak/

No comments:

Post a Comment

Sahabat Ku