Kehadiran TIK di Pesantren
Posted on 20 April 2008 by pakarfisika
3. Prioritas dan proporsional, dalam pemanfaatan TIK di dunia pesantren perlu diterapkan fiqih prioritas dan proporsional. Dengan demikian tidak mesti semua program TIK harus dikenalkan kepada para santri, cukup yang memang aplikatif dan fungsional untuk kepentingan pendidikan mereka, dan tidak mesti semua santri tanpa diklasifikasi dilibatkan dalam pemanfaatan dan pengembangan TIK, semua harus proporsional dan sesuai kebutuhan.
4. Eksploitasi dan improvisasi, dengan penguasaan yang bagus terhadap watak TIK, maka pesantren bisa mendapatkan nilai manfaat yang tinggi untuk kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pengajarannya. Bahkan tidak mustahil bila ada yang menekuni dengan baik, pesantren mampu memberikan andil dalam pengembangan TIK yang lebih berwajah islami dan ma’hadi (nyantri).
Selanjutnya beberapa langkah berikut ini bisa ditempuh untuk menghantarkan pesantren menikmati “berkah” kemajuan TIK :
1. Pembekalan yang cukup bagi calon user, baik dari kalangan asatidz (guru) maupun santri. Pembekalan ini bukan hanya meliputi teknik operasional TIK an sich, tetapi yang lebih penting adalah pembekalan kesadaran dan tanggungjawab pribadi dan keagamaan agar nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan senantiasa menjadi landasan dalam pemanfatan dan pengembangan TIK.
2. Perumusan tujuan dan manfaat yang dijadikan sasaran untuk dicapai dengan pemanfatan TIK, dengan demikian para user tidak akan kehilangan arah dan kendali, menghabiskan waktunya terbuang sia-sia, sementara kesibukan dan tugas lainnya masih sangat banyak yang terbengkalai. Tanpa tujuan dan target yang jelas, para user bisa terperosok kedalam kesia-siaan bahkan kemakshiatan TIK yang berakibat pada pencemaran hati, fikiran dan akhlak warga pondok.
Di antara program TIK yang bisa diaplikasikan di pesantren adalah :
a. Database santri dan pegawai untuk efektivitas dan efisiensi
b. Digitalisasi sistem informasi dan komunikasi
c. Sistem laporan dan dukomentasi
d. Sistem kontrol dan evaluasi
e. peningkatan kualitas penguasaan bahasa
f. Software pembelajaran dan laboratorium
g. Sistem katalog perpustakaan (digital library)
h. Eksplorasi berbagai pengetahuan ilmu dan teknologi serta seni (piteks) via internet
i. dll
3. Perumusan sistem yang benar-benar terkontrol dan sentralistik, supaya kehadiran TIK benar-benar fungsional, tepat sasaran dan terhindar dari dampak negatif yang merusak tata nilai pesantren. Di antara madlarat yang harus diantisipasi dengan kehadiran TIK di pesantren adalah :
* merasuknya budaya hedonis, permisif, materialis yang akan mencemari pola fikir, kejernihan hati dan moralitas santri
* tersitanya waktu untuk hal-hal yang sia-sia dan menelantarkan aktivitas penting di pesantren
* ketergantungan pada produsen TIK (dunia luar), dengan demikian akan mengurangi kemandirian pesantren.
* Terkurasnya dana pesantren untuk fasilitas TIK, sementara masih banyak kebutuhan yang lebih penting terabaikan.
* Bergesernya visi, misi, orientasi dan kultur pesantren, inilah musibah paling besar bila tidak diwaspadai.
4. Wal-akhir adalah penyiapan SDM yang bisa mengamankan dan mengendalikan serta memproduk TIK di pesantren, sehingga warga pesantren bukan hanya sebagai konsumen tetapi juga produsen khususnya untuk kepentingan dunia pesantren sendiri dan ummat Islam umumnya.
prinsip_pesantren_pakarfisikaPrinsip Pesantren adalah “al-muhaafdlotu ‘alaa al-qodiimi ash-sholih wa al-akhdlu bi al-jadiid al-ashlah“(Menjaga yang tradisi lama yang shaleh dan mengambil model baru yang lebih shaleh)=Tetap istiqomah dan komitment-konsisten dengan nilai-nilai ruhiyah, namun terbuka dan bervisi PITEKS (Pengetahuan Ilmu dan Teknologi serta Seni)-ke depan.
Wa Allahu alamu...[]
Maroji’:
* Ahmad Suharto, Revitalisasi Pesantren Di Tengah Arus Modernisasi, (Ponorogo: PDM Gontor, 2008)
* Dirjend Pendidikan Islam Depag RI, Direktori Pesantren, (Jakarta:Depag RI, 2007)
* http://www.penulislepas.com/v2/?p=510
* http://ti.apjii.or.id/sejarah/index.html
alamate: http://pakarfisika.wordpress.com/2008/04/20/kehadiran-tik-di-pesantren/
Posted on 20 April 2008 by pakarfisika
A. Muqoddimah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah mengajarkan kepada manusia tentang adanya periode-periode tertentu yang selalu berulang, terstruktur dan sistematis, misalnya, orbit Bulan, Bumi, planet-planet, lintasan meteorit dan bintang-bintang, Galaksi-galaksi, Cluster-cluster, DNA, kromosom, sifat atom, lapisan bumi dan atmosfer, dan elemen kimia dengan segala karakteristiknya.
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا ((٤٤
Artinya: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Israa-17: 44)
Bertasbih dalam ayat ini memiliki makna yang universal. Alam semesta yang bertasbih adalah perilaku universal yang tersentral pada satu tujuan yakni Allah SWT. Sejak dari mikrokosmos hingga ke makrokosmos, ternyata seluruhnya bertasbih. Tidak ada satu materipun di alam semesta ini yang tidak bertasbih. Hanya saja manusia tidak mengerti tasbih mereka.
Tasbih ( تسبيح), berasal dari kata سبح yang arti sederhananya adalah berenang. Alam semesta yang berenang adalah alam semesta yang bergerak, berputar, berotasi, berevolusi, berosilasi. Gerakan osilasi alam semesta akhirnya dapat divisualisasikan dengan persamaan matematis yang kita sebut sebagai gelombang-Gelombang Transversal. Gelombang Transversal merupakan jenis Gelombang Elektromagnetik, yang hakekatnya merupakan perulشngan sebuah lingkaran, dengan jumlah sudut 360o.
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang menjadi primadona di era digital ini adalah bentuk fisik dari gelombang elektromagnetik yang telah dibingkai dengan ornamen penuh artistik. Wujudnya dapat berupa Software atau program dan hardware atau perangkat penopangnya.
Dalam bahasa Pesantren, TIK bisa disebut sebagai Teknologi=Media, Informasi=Dakwah dan Komunikasi=Silaturrahmi. Dengan sebutan semacam ini, maka kehadiran TIK di lingkungan Pesantren semestinya merupakan sebuah barokah/maslahah ketimbang mafsadah/madlorot. Namun ini semua kembali kepada tabaayun dari komunitas Pesanren itu sendiri.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ ()
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat-49: 6)
B. Sekilas Sejarah TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan terjemahan dari Information and Communication Technology (ICT). TIK yang dikembangkan manusia, pada awalnya berfungsi sebagai sistem untuk pengenalan bentuk-bentuk yang mereka kenal, mereka menggambarkan informasi yang mereka dapatkan pada dinding-dinding gua. Kemampuan mereka dalam berbahasa pada bentuk suara dengusan dan isyarat tangan adalah bentuk awal komunikasi mereka.
Perkembangan selanjutnya adalah diciptakan dan digunakannya alat-alat yang menghasilkan bunyi dan isyarat, seperti gendang, terompet yang terbuat dari tanduk binatang, isyarat asap sebagai alat pemberi peringatan terhadap bahaya.
Tahun 3000 SM, untuk yang pertama kali tulisan digunakan oleh bangsa Sumeria dengan menggunakan simbol-simbol yang dibentuk dari pictograf sebagai huruf. Tahun 2900 SM, bangsa Mesir Kuno menggunaka huruf Hierogliph yang lebih maju dibandingkan dengan tulisan bangsa Sumeria.
Tahun 500 SM, serat Papyrus digunakan sebagai kertas di Mesir sehingga menjadi media informasi yang lebih kuat dan fleksibel dibandingkan dengan lempengan tanah liat. Kertas baru diketemukan tahun 105 M oleh bangsa Cina. Kertas yang ditemukan oleh bangsa Cina pada masa ini adalah kertas yang kita kenal sekarang.
Tahun 1455, mesin Cetak dikembangkan untuk yang pertama kalinya oleh Johann Gutenberg. Kemudian tahun 1830, Augusta Lady Byron menulis program komputer yang pertama di dunia berkerjasama dengan Charles Babbage menggunakan mesin Analytical-nya. Mesin ini didesain mampu memasukan data, mengolah data dan menghasilkan bentuk keluaran dalam sebuah kartu. Mesin ini dikenal sebagai bentuk komputer digital yang pertama walaupun cara kerjanya lebih bersifat mekanis daripada bersifat digital, 94 tahun sebelum komputer digital pertama ENIAC I dibentuk.
Tahun 1837, Samuel Morse mengembangkan Telegraph dan bahasa kode Morse bersama Sir William Cook dan Sir Charles Wheatstone yang dikirim secara elektronik antara 2 tempat yang berjauhan melalui kabel yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Pengiriman dan Penerimaan Informasi ini mampu dikirim dan diterima pada saat yang hampir bersamaan waktunya. Penemuan ini memungkinkan informasi dapat diterima dan dipergunakan secara luas oleh masyarakat tanpa dirintangi oleh jarak dan waktu.
Tahun 1861, gambar bergerak yang peroyeksikan ke dalam sebuah layar pertama kali di gunakan sebagai cikal bakal film sekarang. Selanjutnya tahun 1877, Alexander Graham Bell menciptakan dan mengembangkan Telepon yang dipergunakan pertama kali secara umum dan Fotografi dengan kecepatan tinggi ditemukan oleh Edweard Maybridge.
Tahun 1899, dipergunakan sistem penyimpanan dalam Tape (pita) Magnetis yang pertama yang disusul tahun 1923 dimana Zvorkyn menciptakan tabung TV yang pertama. Komputer digital pertama didunia ENIAC I dikembangkan pada t ahun 1946. Sistem jaringan antar lokasi atau LAN yang pertama dengan menghubungkan 4 nodes (titik), dan berkekuatan 50 kbps mulai dibentuk pada 1969.
Akhirnya muncul penemuan media surat-menyurat digital pada tahun 1972, dimana Ray Tomlinson menciptakan program e-mail yang pertama. Dan pada tahun 1973 – 1990 istilah INTERNET diperkenalkan kepada publik.
C. Sekilas Pesantren
Pesantren, tidak berlebihan bila menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Bukan hanya karena eksistensinya yang indigeneous-khas Indonesia dan tidak dijumpai di negara lain, tetapi juga karena peran dan jasanya yang besar dalam mencerdaskan umat, menyebarkan dakwah islamiyah, melahirkan para pejuang kemerdekaan dan tokoh nasional, sumber bagi spirit kemerdekaan dan perlawanan terhadap penjajah, pusat peradaban islami dan agen perubahan sosial keagamaan bagi masyarakat serta tetap menjadi benteng pertahanan moral bangsa.
Misi yang diemban pesantren ini tentu lebih luas dibanding kesimpulan Martin Van Bruinessen, yang hanya memfokuskan tiga peran sentral pesantren dalam aspek intelektualitas akademis dan pemeliharaan kultur – tradisi semata, yaitu : transmission of islamic knowledge (pengkajian dan penyampaian ilmu-ilmu keislaman), maintenance of islamic tradition (pemeliharaan tradisi keislaman) dan reproduction of ulama (memproduksi ulama).
Menurut catatan sejarah, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang diwariskan oleh Syeikh Maulana Malik Ibrahim sekitar abad 16-17 M, seorang guru “walisongo” yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa, kemudian berkembang pesat dan lebih dikenal kegiatannya kira-kira sejak tahun 1853 dengan jumlah santri sekitar 16.556 dan tersebar pada 13 kabupaten di pulau Jawa. Saat ini menurut data Departemen Agama, 14.656 pesantren tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah santri melampaui 3.369.103 (data 2005).
Dari 14.656 pesantren, secara garis besar memiliki tiga corak tipologi. Pertama, pesantren tradisional ada 9.105 pesantren. Kedua, pesantren yang memiliki corak modern mencapai 1.172 pesantren. Ketiga, pesantren yang memiliki perpaduan antara tradisional dan modern mencapai 4.379 pesantren.
Dari data yang ada, ternyata jumlah pesantren yang bercorak tradisional masih cukup dominan mecaapai 9.105 pesantren atau 62%. Pesantren yangbercorak tradisional pada umumnya adalah pesantren yang telah lama eksis dan hingga kini masih tetap mempertahankan corak tradisionalnya. Sedang pesantren yang bercorak modern pada umumnya adalah pesantren yang lahir dan berkembang belakangan ketika memasuki era pembangunan. Pergerakan pesantren modern semakin banyak hingga dalam waktu yang relatif singkat telah mencapai 1.172 pesantren atau 8% dari keseluruhan pesantren di negeri ini.
Sistem pendidikan pesantren diakui banyak kalangan telah menjadi alternatif di saat sistem pendidikan sekolah dinilai memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu ada trend baru pesantren dengan model kombinasi atau terpadu antara sekolah dan boarding atau asrama. Jumlah pesantren dengan model baru kini telah berkembang pesat hingga mencapai 4.379 pesantren atau 30% dari jumlah pesantren yang ada. Pesantren yang lahir di era sekarang adalah pesantren dengan corak atau kombinasi terpadu antara sistem pesantren (boarding) dengan sistem sekolah atau madrasah.
D. Tantangan Global Pesantren
tantangan_pesantren_pakarfisikaMenghadapi tantangan yang semakin kompleks di lingkungan masyarakat, maka pesantren harus berani tampil dan mengembangkan dirinya sebagai pusat pendidikan unggulan. Pesantren tidak hanya mendidik santri agar memiliki ketangguhan jiwa, jalan hidup yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga dibekali dengan berbagai disiplin ilmu.
Untuk mencapai tujuan di atas, para santri harus dibekali nilai-nilai keislaman yang terintegrasi dengan ilmu-ilmu modern. Pembekalan ilmu-ilmu modern dapat ditempuh dengan mempelajari tradisi ilmu pengetahuan agama dan penggalian dari teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berupa ketrampilan umum dengan menjadikan al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai sumber inspirasi dan rujukan awal. Karena, tradisi keilmuan dan kebudayaan Islam sangat kaya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sayyid Kuthb; “Yang benar, bahwasannya agama (Islam) bukan mengganti ilmu dan kebudayaan, bahkan bukan pula musuh ilmu dan kebudayaan. Agama Islam merupakan bingkai ilmu dan kebudayaan poros/sumbu untuk ilmu kebudayaan, begitu pula sebagai metode ilmu dan kebudayaan dan membatasi bingkai dan poros yang mampu memberi hukum (peraturan) bagi segala masalah kehidupan”.
Mencermati karakteristik umat Islam serta kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada masa kini dan mendatang, disertai dengan perkembangan kebudayaan, maka pilihan format pesantren harus lebih menekankan terhadap sains dan teknologi. Pesantren sesungguhnya menyimpan kekuatan yang sangat luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang berharga dalam mempersiapkan kebutuhan yang inti untuk menghadapi masa depan. Oleh sebab itu pesantren harus mampu merespon dan tanggap atas semua itu.
Kiranya perlu disadari bersama, bahwa di era global ini, masyarakat pesantren tidak hanya dituntut piawai dalam bidang ilmu agama. Mensitir pendapat Abdul Halim Fathani ”Agama toh hanya difungsikan “ tak lebih“ sebagai benteng moral. Agama bukan alat untuk merebut kemenangan dalam dunia yang semakin kompetitif ini”. Masa kejayaan agama, kini telah lewat. Karenanya, untuk menghadapi zaman yang tingkat kompetitifnya semakin “menjadi” ini, dan untuk menyambut kembalikejayaan agama-Islam, bukan benteng moral dalam arti sempit saja yang perlu dipentingkan, melainkan penanaman skill dan upaya-upaya pengembangan dalam sektor modern; seperti teknologi informasi dan komunikasi (TIK), teknologi tepat guna, bahkan ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya. Hal-hal inilah yang akan turut membantu masyarakat dalam menjawab tuntutan zaman modern ini. Hal inilah yang disebut dengan dakwah dengan kiprah nyata (da’wah bi al-hal) yang harus dimainkan Pesantren.
Di sinilah peran pesantren perlu ditingkatkan. Tuntutan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak mungkin dihindari. Salah satu langkah yang bijak adalah mempersiapkan pesantren tidak “ketinggalan kereta” agar tidak kalah dalam persaingan. Menyikapi hal ini, paling tidak tiga hal yang mesti digarap oleh pesantren agar tetap sesuai dengan jati dirinya.
Pertama, Pesantren sebagai lembaga pendidikan pengkaderan ulama. Fungsi ini tetap harus melekat pada pesantren, karena pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang melahirkan ulama. Namun demikian, tuntutan TIK mengharuskan ulama memiliki kemampuan lebih, kapasitas intelektual yang memadai, wawasan, akses pengetahuan dan informasi yang cukup serta responsif terhadap perkembangan dan perubahan.
Kedua, Pesantren sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan khusus agama Islam. Pada tatanan ini, pesantren masih dianggap lemah dalam penguasaan ilmu dan metodologi khususnya TIK. Pesantren hanya mengajarkan ilmu agama dalam arti transfer of knowledge. Karena pesantren harus jelas memiliki potensi sebagai “lahan” pengembangan ilmu agama.
Ketiga, Pesantren harus mampu menempatkan dirinya sebagai transformasi, motivator, dan inovator. Kehadiran pesantren dewasa ini telah memainkan perannya sebagai fungsi itu meskipun boleh dikata dalam taraf yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Sebagai salah satu komponen masyarakat, pesantren memiliki kekuatan dan “daya tawar” untuk memanfaatkan kehadiran TIK guna melakukan perubahan-perubahan yang berarti.
E. Sikap Pesantren terhadap TIK
sikap_pesantren_pakarfisikaPendidikan pesantren tidak harus mengesampingkan pendidikan teknologi (TIK). Utamanya dalam menumbuhkan Islamic technological-attitude (sikap benar berteknologi secara Islami) dan technological-quotient (kecerdasan berteknologi) sehingga santri memiliki motivasi, inisiatif dan kreativitas untuk melek teknologi. Suatu saat mereka diharapkan mampu merebut teknologi, dan mengembangkan teknologi dengan nilai-nilai kepesantrenan yang kental.
Karena kehadiran TIK tidak bisa lagi dihindari oleh pesantren, maka yang terpenting bukanlah bagaimana mengadopsi TIK yang berkembang pesat di dunia global, tetapi harus disertai kepandaian mengadapsi “menyantrikan TIK” di dunia pesantren, sehingga bisa diambil manfaat dan mashlahat sebanyak mungkin dan menghindari madlaratnya sebisa mungkin.
TIK bisa dimanfaatkan untuk kepentingan (peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran) pondok, meluaskan wawasan santri, tetapi jangan sampai mengorbankan pondok, terutama nilai dan falsafah hidupnya serta orientasi pendidikannya yang bersifat keumatan (kemasyarakatan) dan totalitas ibadah dalam segala gerak aktivitasnya. Juga jangan sampai merubah ciri khasnya yang menekankan pada aktifitas tafaqquh fiddin (kajian mendalam tentang keislaman), mengerosi nuansa spiritual (ruhiyah) di pesantren. Jangan sampai merubah Jiwa dan filsafat hidup pesantren. Dan jangan sampai merubah kultur pesantren, kehidupan yang dinamis namun tetap harmonis dan bersahaja dengan dijiwai keikhlasan prima dalam bingkai moralitas tinggi.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang pesantren dalam menerapkan dan mengembangkan TIK diantaranya adalah:
1. Protektif,memprioritaskan kemashalatan Pondok diatas lainnya, artinya keberadaan TIK di pesantren selalu dikontrol dalam koridor positif dan konstruktif. Kehadiran TIK di lingkungan pesantren justru untuk meneguhkan eksistensi visi dan misi pesantren dalam pendidikan dan pembinaan masyarakat. Dalam hal ini pesantren juga mempunyai prinsip bahwa “menghindari kerusakan itu lebih didahulukan daripada mengambil suatu kemanfaatan”. Akses TV kepada guru dan santri supaya benar-benar dibatasi, karena isinya yang lebih dominan untuk tujuan komersiil dari pada informasi dan edukasi, para santri tidak perlu memiliki sendiri alat-alat elektronika, semacam radio, tape, HP karena sangat mungkin akan mencuri waktu produktif mereka, atau mungkin akan mereka salahgunakan.
2. Selektif dan adaptif, selanjutnya para guru dan santri juga harus selalu selektif untuk memilah dan memilih yang terbaik dan bermanfaat : (orang-orang yang menyimak setiap ucapan dan kemudian hanya mengikuti yang terbaik), dengan prinsip ini kita diminta mempunyai kemampuan adaptif yang tinggi, daya kritis dan selektif yang kuat dalam menerima dan memanfaatkan kemajauan TIK. Hal ini perlu digarisbawahi karena ibarat pedang bermata dua, revolusi TIK menawarkan kepada kita yang baik dan manfaat maupun yang buruk dan madharat. Tanpa kemampuan selektifitas tinggi dikhawatirkan kehadiran TIK di pesantren akan akan menjadi jendela pencemaran lingkungan pesantren yang islamy dan tarbawy, menjadi musibah dan bukan berkah, menjadi formalin dan bukan vitamin.
3. Prioritas dan proporsional, dalam pemanfaatan TIK di dunia pesantren perlu diterapkan fiqih prioritas dan proporsional. Dengan demikian tidak mesti semua program TIK harus dikenalkan kepada para santri, cukup yang memang aplikatif dan fungsional untuk kepentingan pendidikan mereka, dan tidak mesti semua santri tanpa diklasifikasi dilibatkan dalam pemanfaatan dan pengembangan TIK, semua harus proporsional dan sesuai kebutuhan.
4. Eksploitasi dan improvisasi, dengan penguasaan yang bagus terhadap watak TIK, maka pesantren bisa mendapatkan nilai manfaat yang tinggi untuk kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pengajarannya. Bahkan tidak mustahil bila ada yang menekuni dengan baik, pesantren mampu memberikan andil dalam pengembangan TIK yang lebih berwajah islami dan ma’hadi (nyantri).
Selanjutnya beberapa langkah berikut ini bisa ditempuh untuk menghantarkan pesantren menikmati “berkah” kemajuan TIK :
1. Pembekalan yang cukup bagi calon user, baik dari kalangan asatidz (guru) maupun santri. Pembekalan ini bukan hanya meliputi teknik operasional TIK an sich, tetapi yang lebih penting adalah pembekalan kesadaran dan tanggungjawab pribadi dan keagamaan agar nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan senantiasa menjadi landasan dalam pemanfatan dan pengembangan TIK.
2. Perumusan tujuan dan manfaat yang dijadikan sasaran untuk dicapai dengan pemanfatan TIK, dengan demikian para user tidak akan kehilangan arah dan kendali, menghabiskan waktunya terbuang sia-sia, sementara kesibukan dan tugas lainnya masih sangat banyak yang terbengkalai. Tanpa tujuan dan target yang jelas, para user bisa terperosok kedalam kesia-siaan bahkan kemakshiatan TIK yang berakibat pada pencemaran hati, fikiran dan akhlak warga pondok.
Di antara program TIK yang bisa diaplikasikan di pesantren adalah :
a. Database santri dan pegawai untuk efektivitas dan efisiensi
b. Digitalisasi sistem informasi dan komunikasi
c. Sistem laporan dan dukomentasi
d. Sistem kontrol dan evaluasi
e. peningkatan kualitas penguasaan bahasa
f. Software pembelajaran dan laboratorium
g. Sistem katalog perpustakaan (digital library)
h. Eksplorasi berbagai pengetahuan ilmu dan teknologi serta seni (piteks) via internet
i. dll
3. Perumusan sistem yang benar-benar terkontrol dan sentralistik, supaya kehadiran TIK benar-benar fungsional, tepat sasaran dan terhindar dari dampak negatif yang merusak tata nilai pesantren. Di antara madlarat yang harus diantisipasi dengan kehadiran TIK di pesantren adalah :
* merasuknya budaya hedonis, permisif, materialis yang akan mencemari pola fikir, kejernihan hati dan moralitas santri
* tersitanya waktu untuk hal-hal yang sia-sia dan menelantarkan aktivitas penting di pesantren
* ketergantungan pada produsen TIK (dunia luar), dengan demikian akan mengurangi kemandirian pesantren.
* Terkurasnya dana pesantren untuk fasilitas TIK, sementara masih banyak kebutuhan yang lebih penting terabaikan.
* Bergesernya visi, misi, orientasi dan kultur pesantren, inilah musibah paling besar bila tidak diwaspadai.
4. Wal-akhir adalah penyiapan SDM yang bisa mengamankan dan mengendalikan serta memproduk TIK di pesantren, sehingga warga pesantren bukan hanya sebagai konsumen tetapi juga produsen khususnya untuk kepentingan dunia pesantren sendiri dan ummat Islam umumnya.
prinsip_pesantren_pakarfisikaPrinsip Pesantren adalah “al-muhaafdlotu ‘alaa al-qodiimi ash-sholih wa al-akhdlu bi al-jadiid al-ashlah“(Menjaga yang tradisi lama yang shaleh dan mengambil model baru yang lebih shaleh)=Tetap istiqomah dan komitment-konsisten dengan nilai-nilai ruhiyah, namun terbuka dan bervisi PITEKS (Pengetahuan Ilmu dan Teknologi serta Seni)-ke depan.
Wa Allahu alamu...[]
Maroji’:
* Ahmad Suharto, Revitalisasi Pesantren Di Tengah Arus Modernisasi, (Ponorogo: PDM Gontor, 2008)
* Dirjend Pendidikan Islam Depag RI, Direktori Pesantren, (Jakarta:Depag RI, 2007)
* http://www.penulislepas.com/v2/?p=510
* http://ti.apjii.or.id/sejarah/index.html
alamate: http://pakarfisika.wordpress.com/2008/04/20/kehadiran-tik-di-pesantren/
No comments:
Post a Comment