Tuesday, December 28, 2010

ASAL-USUL KUMANDANG ADZAN

(Riwayat : Anas r.a; Abu Dawud; Al Bukhari)

Seiring dengan berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak dapatdmusnahkan.

Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya. Demikian pula dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam pada masa-masa awalnya. Sudah sebagian tersebar dari penduduk yang ada dikota itu sudah menerima Islam sebagai agamanya.

Ketika orang-orang Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa berkumpul bersama-sama untuk menunaikan sholat berjama` ah. Kini, hal itu tidak mudah lagi mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama. Kesibukan yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap kealpaan ataupun kelalaian pada masing-masing orang untuk menunaikan sholat pada waktunya.

Dan tentunya, kalau hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa dipikirkan bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup berat yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.

Pada masa itu, memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang sholat. Orang-orang biasanya berkumpul di masjid masing-masing menurut waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah sholat jama `ah dimulai.

Atas timbulnya dinamika pemikiran diatas, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang untuk sholat tepat pada waktunya tiba.

A H W A L

A. Pendahuluan
Dalam pembicaraan tentang terakat sebagai perjalanan spiritual kita tidak bisa mengabaikan dua istilah teknis yang penting. Yaitu “maqamat dan ahwal”. Adapun ahwal merupakan bentuk jamak dari “hal” yang biasanya diartikan sebagai keadaan mental (mental states) yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya.
Sekalipun sama-sama dialami dan dicapai selama masa perjalanan spiritual seorang sufi menuju Tuhannya, namun menurut para sufi ada perbedaan yang mendasar antara maqamat dan ahwal, baik dari cara mendapatkannya maupun kelangsungannya. Ahwal sering diperoleh secara spontan sebagai hadiah dari Tuhan. Di antara ahwal yang sering disebut adalah takut, syukur, rendah hati, taqwa, ikhlas, gembira. Meskipun ada perdebatan di antara para penulis tasawuf, namun kebanyakan mereka mengatakan bahwa ahwal dialami secara spontan dan berlangsung sebentar dan diperoleh tidak berdasarkan usaha sadar dan perjuangan keras, seperti halnya pada maqamat melainkan sebagai hadiah berupa kilatan-kilatan ilahi yang biasa disebut “lama’at”.1

Friday, December 24, 2010

STRATEGI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM (PENGERTIAN, KONSEP, DAN RUANG LINGKUP)

STRATEGI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM
(PENGERTIAN, KONSEP, DAN RUANG LINGKUP)

A. Pendahuluan
Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, yang ditandai dengan semakin majunya dunia tekhnologi informasi dan komunikasi, mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Guru kini tidak lagi sebagai sumber satu-satunya dalam suatu proses pembelajaran. Karena itu, seorang guru jika ingin tetap memainkan perannya dalam proses pembelajaran, mereka harus melakukan perubahan-perubahan, pendekatan-pendekatan, metode-metode dan tekhnologi dalam pembelajaran.
Untuk dapat memperlancar pembelajaran itu, maka strategi pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan proseso pembelajran. Maka seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan strategi yang dapat ditereima oleh para peserta didiknya.
B. Permasalahan
Dari pendahuuan di atas maka dapat kita tarik beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini:
1. Apa pengertian strategi pembelajaran?
2. Apakah konsep strategi pembelajaran?
3. Apa saakah ruang lingkup dari strategi pembelajaran?
C. Pembahasan
1. Pengertian strategi pembeljaran
Kata strategi pembelajaran terdiri sari dua kata, strategi dan pembelajaran. Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos”. Sebagai kata kerja strategos merupakan gabungan dari kata “stratus” yang berarti militer dan “ago” yang mempunyai arti memimpin. Memang pada awlnya kata strataegi diartikan sebagai suatu kegiatan memimpin militer dalam menjalankan tugas-tugas di lapangan, akan tetapi konsep stratagi yang diterakan dalam dunia kemiliteran, kemudian banyak diterapkan pula dalam bidang manajemen, dunia usaha dan pendidikan. Jadi, dapat dipahami bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan dengan sengaja untuk melakukan suatu kegiatan atau sebuah tindakan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran, maka strategi pembelajaran adalah sebagai pola-pola umum kegatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Sedangkan menurut Armai Arief strategi pembelajaran adalah tindakan guru dalam melaksanakan tencana pembelajaran. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pembelajaran (tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi). Dengan kata lain strategi mengajar adalah taktik yang digunakan dalam melaksanakan/praktik di kelas. Strategi pembelajaran diartikan juga sebagai politik atau taktik mengajar yang digunakan guru dalam melaksanakan praktek mengajar di kelas.
Dari pengertian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah tindakan nyata dari seorang pendidik dalam merealisasikan perencanaan pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran.
2. Konsep Strategi Pembelajaran
Dalam pembelajaran, konsep dasar yang harus diperhatikan oleh guru adalah:
a. menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku
b. menentukan pilihan bekenaan dengan pendekatan pembelajaran, memilih prosedur, metode, dan tekhnik pembelajaran
c. norma dan kriteria keberhasilan kegiatan pembelajaran.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran
Dalam melaksanakan strategi mengajar seorang guru dituntut harus menguasai berbagai teori yang terkait dengan tugasnya sebagai seorang guru., seperti teori belajar, metode mengajar, alat bantu belajar, dan pengelolaan kelas. Dengan guru mengetahui berbagai macam teori tersebut guru diharapkan akan dapat mengantisipasi jika tiba-tiba akan mengubah strategi mengajarnya.
Dalam menggunakan strategi pembelajaran, seorang guru dituntut harus memperhatikan tiga hal pokok. Pertama adalah tahapan mengajar, penggunaan metode pembelajaran, dan penggunaan prinsip mengajar.
a. Tahapan Mengajar
Dalam tahapan mengajar ini, ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh seorang guru, yaitu tahapan pendahuluan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian dan tndak lanjut. Ketiganya akan dijelaskan di bawah ini
1) Tahapan Prainstruksional
Pada tahap pendahuluan ini memiliki tujuan untuk mempersiapkan siswa untuk mempelajari pelajaran baru dan menarik perhatian siswa. Dalam pendahuluan ini dipergunakan pengetahuan lama untuk menjadi tangga bagi pelajaran baru, serta diperhubungkan antara keduanya. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pendahuluan ini adalah:
a) Guru memeriksa kehadiran siswa
b) Memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran baru. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa atau kelas. Dengan ini guru akan mengatahui sebatas mana pengetahuan siswa terhadap pelajaran yang sudah lalu dan menjadi tolak ukur bagi guru apakah akan mengulang pelajaran lalu ataukah melanjutkan pelajaran
c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai ahan pelajaran yang belum dikuasainya
d) Mengulang bahan pelajaran yang telah lalu secara singkat. Hal ini dimaksudan untuk menjadi dasar bagi guru untuk memulai pelajaran berkutnya dan juga untuk menciptakan suasana belajar.
Ibarat suatu kegiatan pemanasan dalam permainan olah raga tahap prainstruksional merupakan tahap pemanasan dalam pembelajaran yang akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran.
2) Tahap Instruksional
Pada tahap instruksional ini guru memberikan materi/bahan pelajaran yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh seorang guru pada tahap yang kedua dari tahap strategi pembelajaran ini adalah:
a) Menjelaskan tujuan, kompetensi yang harus dapat dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran
b) Menuliskan pokok-pokok meteri yang akan dibahas dalam pelajaran hari itu
c) Mulai membahas materi demi materi yang telah disampaikan kepada siswa. Dalam hal ini guru bisa menggunakan cara penjelasan secara deduktif ataupun secara induktif
d) Guru dapat menarik kesimpulan dari pembahasan meteri yang sudah selesai. Akan tetapi guru juga bisa bekerjasama dengan siswa dalam membuat kesimpulan atau juga bisa diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
Dalam tahap instruksional, sebaiknya kegiatan dipusatkan kepada siswa. Hal ini akan membuat siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3) Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa atau kelas. Hasil evaluasi diharapkan dapat mendorong pendidik untuk mengajar kebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik lagi.
Secara umum evaluasi dapat dikatagorikan menjadi dua kelompok besar, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi normatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan atau pokok bahasan/topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waku yang di dalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya.
Dalam pendidikan islam, evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan skap (efeksi dan psikomotor) daripada aspek kognitif. Peneknan ini bertujuan untuk mengetahui sejuh mana kemampuan siswa yang secara garis besar meliputi:
a) Sikap dan pengalamannya terhadap hubungan pribadi dengan Tuhannya
b) Sikap dan pengalamannya terhadap hubungan dirinya dengan masyarakat
c) Sikap dan pengalamannya terhadap hubungan kehidupannya dengan lingkungannya
d) Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah SWT , anggota masyarakat, dan khalifah Allah SWT.
b. Pendekatan Pembelajaran
Inti dari proses pembelajaran adalah kegiatan belajar para peserta didik. Tinggi rendahnya kualitas kegiatan pembelajaran banyak dipengaruhi leh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Paling tidak ada lima pendekatan yang digunakan dalam pendidikan islam, yaitu:
1) Pendekatan filosofis
2) Pendekatan deduktif dan induktif
3) Pendekatan sosio-kultural
4) Pendekatan emosional
5) Pendekatan fungsional
Selain empat pendekatan di atas, ada juga pendekatan menurut Bruce Joyce yang membaginya menjadi empat pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan eksposinteri atau model informasi
2) Pendekatan inquiry/discovery
3) Pendekatan interaksi sosial
4) Pendekatan tingkah laku (bahaviour models)
Dalam menggunakan setiap pendekatan pembelajaran itu maka akan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda pula. Karena peserta didik tidak hanya dipandang dari segi perkembangan, tetapi juga harus dilihat dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Diantara beberapa metode dalam pembeljaran, yaitu:
1) Metode ceramah, memberikan pengertian dan uraian dari suatu masalah
2) Metode diskusi, memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan
3) Metode eksperimen, mengetahui proses terjadinya suatu masalah
4) Metode demonstrasi, menggunakan alat peraga untuk memperjelas sebuah masalah
5) Metode pemberian tugas, dengan cara memberikan tugas tertentu secara bebas dan bertanggung jawab
6) Metode sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan
7) Metode drill, mengukur daya serap terhadap suatu pelajaran
8) Metode tanya jawab
9) Metode proyek, memecahkan masalah dengan langkah-langkah secara ilmiah, logis, dan sistematis
c. Prinsip Mengajar
Dalam mengajar, ada beberapa prinsip mengjar yang bisa dilakukan oleh seorang guru, diantaranya:
1) Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki oleh siswa
2) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis
3) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa
4) Kesiapan (readiness) dalam mengajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar
5) Tujuan pembelajaran harus diketahui oleh siswa
6) Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar
D. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas dapat kita tarik beberapa kesimpulan, diantaranya:
1. Strategi pembelajaran adalah tindakan atau usaha seorang guru dalam melaksanakan pengajaran dengan menggunakan variable pembelajaran yang dinilai efektif agar dapat mempengaruhi siswa sehingga tujuan pembeajaran dapat tercapai.
2. dalam menggunakan strategi pembelajaran seorang guru dituntut harus memperhatikan tiga hal pokok, yaitu:
a. tahapan mengajar
b. penggunaan model pembelajaran
c. penggunaan prinsip mengajar


Daftar Pustaka
• Arief Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002
• Al Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis, Ciputat Press, Jakarta, 2005
• Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2008
• Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, Wacana Prima, Bandung, 2008
• Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Jakarta: Quantum Teaching, 2005
• Sudjana, Strategi Pembelajaran, Falah Production, Bandung, 2000
• Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2008
• Suparta Dan Herry Noer, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Amissco, Jakarta, 2008
• Yunus Mahmud, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: Hidakarya Agung, 1961
• Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995

Sudjana, Strategi Pembelajaran, Falah Production, Bandung, 2000, hlm. 5
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm 91
Suparta Dan Herry Noer, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Amissco, Jakarta, 2008, hlm. 247
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Dab Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta 2005, hlm. 17
Ibid, hlm. 3
Muhamad Yunus, Pokok Pendidikan Dan Pengajaran, Hidakarya Agung, 1961, hlm. 86
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, Wacana Prima, Bandung, 2008, hlm. 4-5
Al Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis, Ciputat Press, Jakarta, 2005, hlm. 20
Suparta Dan Herry Noer, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Amissco, Jakarta, 2008, hlm. 251
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002, hlm 100-107
Suparta dan Herry Noer, op cit, hlm.252-255
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm.298
Sumiarti dan Asra, Metode Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung 2008, hlm. 33-34

liburan semester 5

Thursday, December 23, 2010

SAATNYA PESANTREN MENG-INTELEK-KAN SANTRI

KH. HASYIM MUZADI

Wawancara

Pesantren punya jasa besar kepada bangsa Indonesia, utamanya dalam dunia pendidikan keislaman. Sistem pendidikan pesantren yang menekankan pembangunan karakter santri secara efektif menumbuhkan pribadi-pribadi tangguh yang siap berjuang mendidik umat meski tanpa sokongan pemerintah.

Hal ini, menurut KH Hasyim Muzadi, ketua umum PBNU, karena dunia pesantren tidak semata mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan semangat hidup. Dalam pandangan Hasyim, di era modern ini, seorang santri memang harus memiliki tekad, skill , dan kemampuan hidup mandiri. Melihat tantangan ke depan yang semakin berat, perlu dilakukan pembaruan konsep dan strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren. Hal itu disampaikan KH Hasyim Muzadi kepada Heri Ruslan dan Ali Rido dari Republika dalam wawancara menjelang peresmian Pesantren Al-Hikam II. Seperti apa pembaruan yang ditawarkan Kiai Hasyim? Berikut petikannya.

Sebenarnya, pendidikan macam apa yang ditawarkan pesantren?

MAQAMAT

MAQAMAT

A. Pendahuluan
Dalam kehidupan dunia serba hedonis dan materialis-kapitalis ini, manusia memang berhasil mencapai peradaban yang besar dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun di balik itu ada kegersangan jiwa dan batin yang diderita oleh manusia di zaman modern. Hal itu juga dirasakan oleh kita umat muslim. Tasawuf dan dunia sufi bukan sesuatu yang tak lagi relevan bagi kita dan manusia umumnya dalam kehidupan modern ini, tapi justru posisinya sangat strategis karena mampu mengobati hati yang kering, jiwa yang gersang, menuju ketentraman hati dengan cinta pada Tuhan. Menyadari apa hakikatnya dunia ini sehingga tak perlu lagi pantas dicintai.
Dalam dunia tasawuf, banyak sekali bermunculan aliran-aliran tasawuf. Setiap aliran dengan para tokohnya selalu menempuh usaha-usaha dalam mencapai derajat kesufian tertinggi. Usaha-usaha itulah yang disebut maqamat.
Mengenai pembahasan tentang maqamat dan jenis-jenisnya akan dijelaskan pada sub berikutnya.

Sahabat Ku